Showing posts with label Ensiklopedia Kehidupan. Show all posts
Showing posts with label Ensiklopedia Kehidupan. Show all posts

Saturday, 15 October 2016

Ciri - Ciri Orang Sukses


Ciri - Ciri Orang Sukses

https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRoOX2EL3vmMD-DO-PzQE_dvNFMNmuCvM4JhDgerDieN08uQbTt

    Setiap kesuksesan yang dialami oleh seseorang tidak dapat dilepaskan dari kepriabdain dan mental yang dimilikinya. Tentunya, jika suatu kesuksesan yang terjadi sewaktu-waktu maka tidak menutup kemungkinan bahwa hal tersebut merupakan kejadian yang kebetulan semata bagi dirinya. Berikut bebrapa ciri atau sifat yang menggambarkan kepribadian serta mentalitas orang yang sukses secara umum.
A. Personal Improvment ( Perbaikan / Kemajuan Individu )
    Sebagaimana yang telah di ulas pada bagian yang lalu bahwa kesuksesan identik dengan hidup yang dinamis atau statis. Seseorang yang dalam hidupnya selalu bergerak, beraktifitas, dan tidak diam akan mudah mendapatkan kesuksesan. Dalam hal ini, salah satu ciri manusia yang sukses adalah ketika dirinya selalu melakukan perbaikan bagi pribadi dirinya.
    Keadaan yang sedang di alami oleh seseorang yang memiliki personal improvment akan mudah merasa bosan dan jenuh dengan rutinitas atau hal-hal yang mapan. Terlebih lagi, jika mengalami kemunduran dari pencapaian yang diraihnya.
    Ada sebuah ungkapan yang sering disampaikan dalam berbagai forum oleh penceramah bahwa mulailah dari diri kita masing-masing. ajakan dan imbauan tersebut sangat wajar dan logis sifatnya karena suatu pencapaan yang besar tidak akan terwujud ketika tidak berawal dari hal-hal yang kecil dan sederhana, termasuk memulai dari diri masing-masing.
    Apabila dirunut dengan cermat dan teliti maka ungkapan penceramah tersebut tepat adanya. Misalnya, sebuah bangsa yang besar dan berhasil dalam mencapai cita-cita negerinya tidak akan dapat dilepaskan dari faktor masyarakat yang saling melengkapi. Mulai dari Pemerintah, para Profesional, pelaksana lapangan, hingga ke rakyat. Mereka semua berada dalam sebuah komunitas yang disebut masyarakat.  Kemudian, suatu masyarakat dapat terwujud karena keberadaan beragam keluarga sebagai komunitas terkecil dalam kehidupan sosial manusia. Barulah dalam keluarga ini terdapat individu-individu yang memiliki diferensiasi atau perbedaan sendiri. Oleh sebab itu, semuanya kembali pada individu atau personal untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan sebuah negara dan bangsa.
    Setiap orang tidak memiliki kemampuan untuk terus berusaha memperbaiki diri. Banyak faktor yang melatarbelakanginya. Misalnya, sikap superior atau sombong terhadap yang lain. Sehngga ketika mendapati dalam dirinya suatu kekurangan, bukannya menyadari dengan memperbaikinya, melainkan langsung menutup diri. Sifat superior dibanding dengan yang lan secara tidak langsung dapat menutupi dan mematikan hati dari menerima kritikan dan masukan dari luar. Tentu saja, hal tersebut sangat tidak baik dan akan membahayakan bagi yang bersangkutan, tidak hanya di dunia, tetapi juga berlanjut hingga ke akhirat kelak.
    Setiap orang memiliki kualitas dan kemampuan yang idak sama. Bahkan, sebelumnya semua manusia pada awalnya tidak memiliki kemampuan apapun. Seorang ilmuan sekaliber fisikawan Stephen Hawking atau pekerja kasar pada asalnya dilahirkan dari kandungan ibunya tidak tahu dan tidak membawa sesuatu yang dapat di banggakan. Dalam Q.S. An-Nahl ayat 78 yang artinya : "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur". Dalam ayat tersebut sangatlah jelas bahwa pada dasarnya semua manusia adalah sama dalam hal kemampuan yang dimiliki dirinya. Akan tetapi, kemudian menjadi berbeda karena upaya yang dilakukannya berbeda-beda. Dengan demikian, pencapaiannya pun menjadi berbeda -beda pula.
    Seorang yang mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri akan lebih unggul dari manusia lainnya. Oleh sebab itu, dengan keungglan tersebutlah seseorang dapat meraih kesuksesan. Karena sesungguhnya makna dari sukses itu sendiri adalah isyarat adanya kelebihan di banding dengan yang lain. Seseorang yang memiliki keunggulan dalam berhitung maka ketika diadakan ujian matematika, dirinyalah yang mendapat nilai paling besar dibanding dengan teman-teman lainnya di kelas tersebut. Hal tersebut sangat wajar karena dia lebih unggul atau memiliki kualitas lebih baik dari teman-teman yang lain.
    Di antara salah satu bentuk atau cara meningkatkan kualitas diri guna meraih kesuksesan adalah dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pngetahuan merupakan pelita kehidupan dalam kegelapan. Barang siapa yang memiliki ilmu pengetahuan maka seolah dia memegang pelita dalam menjalani kehidupannya sehingga dapat terhindar dari marabahaya yang mungkin menghadang di perjalanan.
    Manfaat ilmu pengetahuan tidak hanya dapat dirasakan ketika seseorang hidup di dunia. Bahkan, nilai kemanfaatannya akan tetap dirasakan hingga ke akhirat kelak. Hal tersebut ditegaskan dalam Q.S. Al-Mujadalah ayat 11, yang Artinya : " Allah akan mengangkat  ( derajat ) orang-orang yang beriman di antara-Mu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang akmu kerjakan ".
    Sementara itu, salah seorang imam dari empat imam madzhab, yaitu Imam Syafi'i, berpendapat tentang arti penting ilmu pengetahuan dalam kehidupan seorang hamba. Dalam Tafsir As-Siraj Al-Munir, surat Al-Mujadalah) yang artinya : " Barangsiapa yang menginginkan  ( Kesuksesan ) di dunia maka  ( untuk mendapatkannya ) dengan ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan  ( kesuksesan ) di akhirat maka untuk mendapatkan ( kesuksesannya ) dengan ilmu, maka ssungguhnya ilmu itu akan senantiasa dibutuhkan oleh setiap masa  ( di dunia dan di akhirat ) ".
    Dalam surat Al-Mujadalah di atas tampak dengan jelas janji yang disampaikan Allah kepada hamba-Nya yang memiliki keunggulan dalam hal ilmu pengetahuan. Dia akan mengangkat derajat di antara makhluk-makhluk lainnya. Bahkan bukti konkret ayat tersebut telah banyak terjadi dalam kehidupan manusia.  Misalnya munculnya perintah Allah terhadap semua makhluk agar mereka bersujud kepada Adam. Perintah tersebut merupakan isyarat penghormatan atas makhluk yang diberikan keunggulan dalam hal ilmu pengetahuan. Pada saat itu, Adam memiliki pengetahuan terhadap nama-nama yang tidak diketahui dan dikuasai oleh makhluk lainnya, termasuk malaikat dan iblis. Dengan demikian, iblis menjadi iri atas keunggulan Adam terhadap yang lainnya.
    Faktor lainnya yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pribadi adalah budi perangai atau akhlak yang mulia. Tidak sedikit di antara manusia yang di anggap memiliki ilmu pengetahuan yang ditandai dengan rentetan gelar didepan dan dibelakang namanya. Namun, hal tersebut tidak menuntunnya untuk berperilaku yang baik sebagai wujud dan akhlak mulia atau budi perangai yang baik. Akan tetapi pada sebagian masyarakat masih dapat ditemui seseorang atau sekelompok orang yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah ( Pendidikan Formal ), namun memiliki sikap dan perilaku yang sarat dengan tata kesopanan dan kesantunan. Dengan kepolosan ilmu pengetahuan yang dimilikinya tidak kemudian menjadikannya hina dan rendah dihadapan yang lain.
    Budi perangai atau akhlak yang mulia memiliki peran yang tidak kalah penting dengan ilmu pengetahuan dalam meraih kesuksesan hidup. Hal tersebut di isyaratkan dengan tugas pokok Nabi Muhammad SAW, sebagai nabi kepada seluruh manusia yaitu untuk menyempurnakan akhlak. Dalam Sunan Al baihaqi di sebutan yang artinya : " Dari Abi Huraerah ra, berkata ; Rasulullah SAW bersabda " bahwasanya aku di utus  ( kepada seluruh manusia ) tiada lain kecuali untuk menyempurnakan akhlak) ".
    Perhatikan gambaran suku bangsa pedalaman di bawah ini ... !
    Secara formal, mereka sama sekali tidak pernah mengenal bangku sekolah. Akan tetapi jiwa dan kepolosannya yang dimilikinya dapat mengalahkan sebagian orang yang berpendidikan tinggi. Misalnya, mereka berada dalam hutan, bersatu dengan hutan dan juga alam. Kemudian memelihara dan menjaga hutan. Hingga kini, belum terdengar kabar bahwa merekalah yang melakukan prusakan hutan atau sejenisnya. Akan tetapi, hal tersebut justru dilakukan oleh manusia-manusia yang katanya berpendidikan tinggi dan modern.

B. Spritual Improvment ( Perbaikan/Kemajuan Rohani )
    Pribadi yang sukses adalah pribadi yang senantiasa mengevaluasi diri dan meningkatkan kualitas jiwanya. Ketika dirinya mendapati kekeliruan atau kekurangan, baik yang didapatinya secara pribadi melalui evaluasi atau melalui orang lain maka dia akan segera melakukan perbaikan. Perbaikan tersebut terus dilakukan senantiasa ditempuh secara gradual dalam hidupnya.
    Rasulullah SAW, pernah mengatakan perihal fitrah manusia sebagai salah satu makhluk Allah SWT. Manusia adalah makhluk yang tidak akan luput dari kelemahan dan kekurangan. Hal tersebut di isyaratkan dalam hadis berikut. Yang artinya : " Dari Anas ra, Rasulullah SAW,bersabda 'Setiap anak Adam (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaik-baik mereka yang melakukan kesalahan adalah yang bertaubat', HR Tirmidzi dan Ibn Majah dengan sanad kuat ( Kitab Subulus Salam, Bab An-Nahyu'an Katsrah al-akl).
    Jiwa yang senantiasa dievaluasi dan diperbaiki bagaikan sebuah kendaraan yang senantiasa dibawa ke bengkel untuk diservis. Kita mungkin sering melakukan atau menemukan hal seperti itu. Sebuah kedaraan baik motor atau mobil, tidak semuanya ketika dibawa ke bengkel dalam keadaan rusak. Lantas, kenapa sang pemilik membawa kendaraannya tersebut padahal tidak rusak. Sang pemilik akan menjawab bahwa yang dilakukannya adalah untuk menjaga kendaraannya agar tetap dalam kondisi terawat dan 'sehat'. Lebih jauh dari itu agar kendaraan tersebut dapat bertahan lama dan awet.
    Demikian pula halnya manusia. Akan tetapi, tidak sedikit di antara mereka yang baru melakukan pengecekan ketika dirinya merasa sakit atau terdapat keluhan. Hal itu pun baru dilakukan jika yang terjadi pada tubuhnya. Berbeda halnya jika yang serupa terjadi pada jiwa atau rohaninya, maka semakin sedikit lagi antara manusia yang menyadarinya untuk segera memperbaiki dan menyehatkannya. Perhatian terhadap kesehatan jiwa atau rohani sering dilupakan oleh kebanyakan manusia. Padahal, tidak sedikit penyakit-penyakit yang di alami jasmani, pada awalnya karena jiwa yang tidak sehat. Hal tersebut sangat mungkin terjadi karena cara pengobatan penyakit jiwa tersebut jauh berbeda dengan penyakit fisik yang bersifat konkret. Walaupun kemudian, orang yang dapat menyembuhkannya tidak terbatas pada suatu profesi tertentu layaknya profesi dokter atau perawat dalam menangani penyakit jasmani. Setiap orang dapat memberikan penawar atau obat terhadap penyakit jasmani. Misalnya, orang tua tehadap anaknya, seorang teman terhadap temannya, guru terhadap muridnya dan sebagainya.
    Penyakit secara jasmani lebih mudah ditangani dan di obati daripada penyakit yang menimpa jiwa atau rohani seseorang.
Kondisi jiwa yang sakit menjadi faktor yang menentukan dalam pencapaian cita-cita menuju kesusesan. Walaupun secara hitung-hitungan bahwa suatu dapat diraih dengan mudah dan cepat, namun jika pihak-pihak yang akan menjalaninya mengalami sakit pada jiwanya maka hal tersebut akan menjadi kendala tersendiri dalam pencapaian kesuksesan yang diharapkan.
    Jiwa dan rohani manusia memiliki pusat komando yang dapat menentukan kegiatannya. Tubuh atau jasad manusia digerakkan karena keberadaan jiwa atau ruh. Demikian pula dengan jiwa, dia digerakkan dengan hati. Itulah pusat komando yang mengatur segara hal yang dilakukan oleh setiap manusia dalam hidupnya.
    Hati merupakan pusat yang menggerakkan jiwa diikuti dan diwujudkan dengan amalan atau perbuatan jasmani. Apabila hati mmberi komando untuk diam, walaupun keadaan jiwa dan jasmani berada dalam kondisi sehat maka keduanya akan diam. Demikian pula sebaliknya. Jika hati membrikan perintah untuk mlakukan sesuatu, walaupun kondisi jiwa dan jasmani berada dalam keadaan yang kurang sehat maka perintah tersebut akan terlaksana meski dengan kurang maksimal dalam mengerjakannya. Demikian peran hati yang sangat penting dalam kehidupan setiap manusia.
    Selain itu, hati pun merupakan cerminan jiwa dan jasmani seseorang. Sebuah hati yang baik dan bersih akan melahirkan kondisi jiwa dan amal jasmani yang baik dan sehat pula. Hal tersebut seperti yang isyaratkan baginda Rasulullah SAW, dalam salah satu sabdanya sebagai berikut. Yang Artinya : " Dari Nu'man bin Basyir' Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda , ' ingatlah, Sesungguhnya pada tubuh terdapat seonggok daging. Apabila dia ( daging tersebut) berada dalam keadaan sehat maka sehat pula seluruh tubuhnya. Namun apabila dia ( daginga tersebut ) berada dalam keadaan yang tidak sehat ( sakit ) maka tubuhnya pun akan mengalami sakit. Ingatlah ( yang dimaksud itu adalah ) hati. ( HR Bukhari dan Muslim ).
    Setiap perbuatan yang baik atau buruk merupakan gambaran kondisi hati seseorang yang mengerjakannya. Jasad atau tubuh bukanlah ukuran untuk menilai bahwa seseorang berhati baik atau buruk. Tidak sedikit informasi yang sampai kepada kita tentang seseorang memiliki keterbatasan dalam tubuhnya, tetapi hal tersebut tidak menghalanginya untuk berbuat hal yang di larang oleh agama, misalnya mencuri.

C. Social Empowerment ( Perbakan / Kemajuan Lingkungan Sosial )
    Faktor lainnya yang menjadi ciri kesuksesan seseorang adalah keadaan lingkungan tempatnya berada. Hal ini memiliki peran yang tidak kalah penting, karena faktor ini juga mempengaruhi kesuksesan seseorang. Tidak sedikit kita menemukan seseorang yang memiliki jiwa dan jasmani yang baik, tetapi mengalami kegagalan dalam hidup karena faktor lingkungan tempatnya berada. Contoh nyata mengenai hal tersebut adalah kndisi di rumah karena kurannya perhatian dan kasih sayang orang tua akibat sibuk bekerja. Sehingga anaknya hidup sendiri tanpa kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Orang tua bagi mereka adalah pembantunya sehingga tidak jarang ditemukan bahwa mereka selalu curhat kepada pembantunya di bandingkan kepada ayah atau ibunya. Hal tersebut dilakukan bukan karena tidak mau, tetapi ayah dan ibunya telah menjadi orang asing bagi anaknya di rumah.
    Contoh berikutnya adalah faktor perselisihan antara ayah dan ibu di rumah yang tidak sedikit berujung perceraian. Hal yang paling terasa dampaknya dari persoalan keluarga tersebut adalah anak. Sekalipun anak tersebut memiliki tingkat kecerdasan yang baik dan jasmani yang sehat., namun ke unggulan tersebut tidak akan menjadi modal yang kuat guna meraih kesuksesan dalam hidupnya di masa mendatang. Dua contoh sederhana dan sering ditemukan dalam kehidupan itulah yang kemudian dapat menjadi batu sandungan dan hambatan tersendiri bagi seseorang dalam meraih keberhasilan hidup. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh bagi pembentukan karakter dan mental seseorang. Oleh sebab itu, lingkungan kecil tersebut harus senantiasa dijaga dan dipelihara agar senantiasa tentram dan harmonis.
    Selan lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi upaya meraih kesuksesan hidup, terdapat lingkungan penting lainnya, yaitu lingkungan pergaulan. Teman-teman dalam bergaul dapat memberi warna bagi kehidupan seseorang. Dalam kenyataan, tidak sedikit seseorang yang lebih meningkatkan teman dalam pergaulannya darpada orang tuanya di rumah atau gurunya di sekolah. Hal tersebut terutama terjadi di kalangan anak remaja dan dewasa. Pengaruh teman dalam sebuah pergaulan dapat mengalahkan segalanya. Oleh karena itu, tidak aneh apabila banyak di atara manusia yang tidak harmonis dalam lingkungan keluarganya karena lingkungan tersebut jauh berbeda dengan yang terjadi pada lingkungan pergaulannya. Selain itu, peran orang Tua yang tidak memberikan perhatian lebih kepada anggota keluarganya, seperti anak, semakin memburuk citra lingkungan keluarga di mata mereka. Dengan demikian, lingkungan pergaulanlah yang menjadi tempat pelariannya.
    Terdapat sebuah pepatah arab yang menyebutkan bahwa persahabatan akan " mencuri" tabiat dan karakter seseorang. Yang artinya, tabiat dan karakter seseorang akan dengan mudah hilang dan tergantikan dengan yang lain karena disebabkan pergaulan. Apabila sifat pergaulan yang dijalani merupakan bentuk pergaulan buruk maka hal itu pula yang akan menggantikan tabiat-tabiat yang sebelumnya ada pada diri seseorang.
    Manusia yang sukses memiliki lingkungan yang baik. Akan teapi, tidak jarang juga orang-orang yang sukses berawal dari sebuah lingkungan yang kurang menguntungkan bagi dirinya. Untuk hal yang demikian dapat terjadi karena usaha perbaikan yang dilakukannya terhadap lingkungan yang ada. Bukan lingkungan yang tidak baik yang menjadikannya menjadi sukses, tetapi kemauan keras untuk memahami kondisi yang demikian adanya sehingga secara kuat pula mampu menyesuaikan diri dengan pergaulannya.
Inilah salah satu artikel yang dapat saya persebahkan kepada teman-teman semuanya semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semuana. Sampai jumpa di artikel berikutnya.

Kategori Sukses


data:image/jpeg;base64,/9j/4AAQSkZJRgABAQAAAQABAAD/2wCEAAkGBwgHBgkIBwgKCgkLDRYPDQwMDRsUFRAWIB0iIiAdHx8kKDQsJCYxJx8fLT0tMTU3Ojo6Iys/RD84QzQ5OjcBCgoKDQwNGg8PGjclHyU3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3Nzc3N//AABEIAFoAswMBIgACEQEDEQH/xAAbAAABBQEBAAAAAAAAAAAAAAAFAQIDBAYAB//EAD0QAAIBAwMBBgQEAwYGAwAAAAECAwAEEQUSITEGEyJBUWEUcYGRIzKhsRVC4TRSU8HR8RZDYnKS8CQlM//EABoBAAMBAQEBAAAAAAAAAAAAAAABAgMEBQb/xAApEQACAgEDAwMDBQAAAAAAAAAAAQIDERITIQQxUSJhkTJBUhQjQtHw/9oADAMBAAIRAxEAPwCnSgU4LTwtfSHkjQKcFp4WnAUwGBTTgpp4Wn7KAIgppwFSBKULigCPBrsVaEhCbdoPz6VFtpDI8V2KlxXbaYEW0122psUm2gCIj50hFTbaQrQBBimkVOVppWgZARSEVMEJIUAknoB1p1xbTW5UTwyRFhlQ6lSR680srOAKpFJUhFNIxQA3iupcV1ADwtPC08LTgKBDQtOC08LTgtADFTJGKlKYPGcVy5Xp1qZZ5B58UnkY1FU/yZPtmkZNvBGDUomJOTkeuKRnJ8+PQ0cgQ4pdtPxXbaYhm2u21JikxQAzFJipCKTFAEeOa4jmnkUhHBoGRkU0ij97okVlPaLLPI0Fwqt34j2qoJA69B1zyR7ZPFUtc04aZqUlorM6qAVZupBFYV9RXZJxi+TWdE4RUpLhhTFimh6bNbXMVregbHWN9ryEnAJVVYscgfQnmqPanVINYmtDAJHliiKSyFNoc8HIGSQOvWs3rss1ro19cWzyRzRwMyPG21kIHBB8iOv0oKurSavp1ubMtGDMguLhJdu1Qctt5Dk9M4HAPpXK64U2uWeX2NtyVlShjhB4imkVPgHkYwfSk216JyEG2uqfZXUwHgU8LSqKeBxUhgm+Au1iSU2s3dvjY/dnDZ6YNNlglhO2aKSNvR1Kn9aNa3cW91YWNlE6pLbQmImVDhWIAyRtZWU4ORgH0Ip3am5hvbm1ktnEkSwbQwGBkE54NcdXUWSs0yjheTqsohGtSjLL+6AkNvLPII4Inkc9FRST9hVhdNvTgCzuDnpiJv8ASrnZ64js9ViuZm2xxqxc+2CP3Iq/pV9bWmqwyz3Efw9rHcpGyK5aQSyK4yNvGNuOpzmi/qLK54jHIU0Vzi3KWP8Af2ZwDOMVLFbyzZ7mKSQjrsQtj7VLLCI5XTB8Jxz6UR0iWEWmpWM9x8OLu2KrJ12np5c/zVtba4164rJjXBSmovgFmzuFhMzW8wiH/MMZC/eoto+VaZb60/hV9bNDaWzShdkdqGIZgBknwgDkD7c0CgPdTxyf3HDfY1FF8pxbksMq6qMJYi8oijgll4iikf8A7FJ/amyRPE5SRGR14KsMEfStbqBgh1w3m20uVdoSkpuQjWwUkMMDnGDkAdTkHiguvvBNq081s4eN8HIHngZqOn6qVsmnHBd9Ea4pp5yCSKISafH/AA6yu4zK/fzGGTGT3bfy8BSTnH6iqm2hbdrHctoNhFBJIb8xTJOwIICht23aSACuPnzVdXOUa/TLDF0yjuepZRo9e0mPT/hXtzKYpo85lGCGHUHgY6ihD4RGZjwoyTUa6/DPPBpdrKlzGytIRb7DHAB/MSvAzyBjrVvbV0SloxJ5aItUVL09iKPtC+s2eniKHeslv+CndqzKmBu3HzHA4/TimT6y2r6hcRzNJJc2gVZpGVQp3cgDHoOvA61nI49N0vtBqzxWkMncWBmkg3gbQR43AyOQAMAf3s0Y0fT003TI4okLSFd8mTzI5HOT+ntgVz0L9x4S4NbXmCy3yPv1BsbkP+Xunz9jWB7O6NJrGiFYpRCFv42Y8ZAWNssB5nLD7c0c1zWru1trqz1W2W3e5tyLcwtvUtyCC3HkR+tBtCNz2d1CyubhkFpqka4QHnHlx1yNw+5qL5Rssjnsu464uMXg3Nvbpb28cEedkahRk5NSbatLETniuMftXoppcHKyrt9qWrGyuqsiIwtK8XeRPGSQGUrkeWRUgWnhahjMt2f1KSC8j7NXtufi7eJkheGQATBULKcHGMqM9evWi2hzXl7Jd3lyJYrZ3CW9u7fkC8M2Ogy2fsKy3aK4Vu1bwxuPiAEjiUZyzMoHB9fFWy0DTX0rSobOSYzOu5mc+rEk49smuGnU7Xzwjptwq17lXtJ8bBawX1iry/BzCaaBGwZowCGH0zn6VTbtG0Nnbar8HeyQXUeY4dq7QdxVcHGTkhh/48c0e1OHv9MvIu77zvIHXZnG7KnjPlmg3aLWOz+tdh9J0DRLr4nUEii7q3hiO8FcFgxOAvTrny+x1E5QksPuFMVKLyEuz1rd2mj28WoSGS6wWlO4tgkk4yeuM4+lCO0WrX2jaxGQjva3sAggO7wRT7jyw6dD19AfetPapIttCsxLShAHJOctjn9aFdobdY7rStVlcCHT7oPKsj7U2sNu45OMgkYPvWlyaq9P2Ig8z5BEeuXGs3Q0bSXuGa3mQ3OoZCgRqQTyuMk428AZGTjFa/bnyrNdk7m3uNd7RmzaBoWullR4DlCDkce3GfrWpC+tPp23DU2FqSlhGU7U6rfaLqNlOg/+ulUxTMQWRHLDDMoIycZA58zV+41yACQWVvc3j7UaJYVH4qvnawOeF45Y8Dp1qDtxdW//AAzfxoyTv4FdVIbuwWHiOOmP8ql7JWlm/ZnQbiO5juJ7eCdSUkDd33kgba3oQAOPesnKau0xfctKLry12CdqJXhja7jSOYqN8cb7lVvY4FY7tHeWVp280N07uO4j8UrHwhjkGMOfTI+xrW6laXs6/wDwb/4VwpGGiDqx9TyD9j9685k07UNe7Uvb3xSDUoUGWIyq7R+Yeqngj5mjqPp0JBV31ZNT2HvrO70aWaLuFkSZ/iHSPYDgnaT6+HHNXv8AiLRu+aFtSto5FI4d9uflmg3Z231DSNfk0PUnt7i3urdrgMkIXcwIBz9B5+1ai60+zvIhFdWkE0Y4CyRhgPlWlLnoSXGCLFHVz9zz67srzV9avtT0iHv8SBDhwqyxgAbScjIIH60es+1iw3ItO0No+mTn8ryD8N/kf64960lnZW9jbrb2kKwwqSQq9OanksxeRNDLbieNuGRk3A/SiNTh6k+WDmpcNA+WKx1SJraRYbqMqjlCAww2dp+uDiqdv2Zht9eudRMEJ71EMe5fFEwyCRnpkY6Vq+zfZy20eCUWMTRrNIZGDNkqcAYHtxV6eNXm/Fj3EcAnzpbik+VyVoaXDM+gKnBpSM0dNtaZwYTn2FL8Naf4Rq95eCdv3AG2uo/8Laf4JrqN/wBg2X5AW0YoRrC647r/AAc2caJyfiGOZT6YA4Hvkc0e2cdKQJ7VcvUsZIXDPHNejvb7WwvwEyXzbHkiKEHeAAzL18Oec16joBv302MarCYrpCUbLht4HRuPWiYUE+Wf2p4Wsa6tEnLPc0nPWsYMd2oTVNJeTWo72SeHDRPbbAEijYYDe5BwSfl0FAbLQdR0SwsNfhgknn3iRrREJKqR4RxzyDz6ZHpXqO0dOKcFFKVMZPORqxpYwZzszB2hjYya1PDNFcJ3pjAIe3c48HoV6+fBFRduNB1HXbGCHTLpY9jkyQuxVZR5HIB5B6Dpz7VqcDr5HzrvAFzkY9avTHRpbIy9WUeSt2R1q1ke40/T720uYBujlS7SUSYHI42tk+XHoMedeidnL2a/02MX9rcw3aRqs4ng2Bmxzj1H+tFgyEkBgSOop/HrUV1qD9LKlNy7o8+7d9mY7bT5b3Q7drdW8F5b24ISSPru2jjggZ9ufKq/YK5utM1WPTLyPbDqVst1bn3x1+oBz6YHrXpPHFOMQ8LeE+h9KW0lNTTwPW9OlkAQnoM0xrdBN3rRJ3wXbvKjcB6Z64q/bmEKPxNjHzHOagkAZztbf6npW2rLM8cADV9D+N1Kyv7SdbS6t2bfMsYZnQqRt548/OjFrAfw4xulIABLnk+5q3DbhyAzYJ6cU8qtm2S4LHoAKnVFN47lYfGQpaafbqACi7vMdaJQ2kca+FAPpQizulGDJ1HQjyorFexuOHzgZ6VxWasnRHBK0eOAtVXsUZtwUBjV5JlbHPBrlmif8jA/74rFSaLwgabIZORya4WGTyBRFnQDcTwOc1wkjIyrAj1FPcYaUDvgV9K6iWV9a6nuMNKPDT2nu8oARtbHO3OSfLili7RX3dtIjIyr64/9/qaG9LdccZI/eq4JWWXaSPGenzFeD+quf838m23HwFx2mvVBc5+RTkUkvaO9MjDcQCDtITrx19qGW/MJJ5OTyfkamn8CxbfD58fKk+qu/J/IaI+C0msX2WljeTxZAzwMVL/HNSQhC788jBWqOAJyAMDxcfepQB+IccgDB+tZ/qLU/qfyx6I+Cc6nezHxTnhuPFjPNNe7upBh7liGOeGP1/U/tVWdiI1wSOD/AJ1DG7GGQliSMY56VGqcuWwwkWxcThji6clsnbk+L7VIt5cOrZunL5wcOcDyqjn8FD54bn6Gus2bxHcc88596TcsdwwgmNRux+Cbg5zyFfpUH8T1Er+JK6jyXcev+1IFVWOFA58h8qgBJljUk7T1HkacbJ+RaUW49bu4l7pbh2VRjg/tmkn1O9kj/tDZb82W+f8AWhh/tEJ8+T9eP9TViBF7qTwj8w8vetJSml9T+RYXgvxa/qC4X42RSoKjDcAf7edJJrl1Mds9/Kx8/X9KHRAbpOBxDkexz/U0Ml//AFx7D91qoOUuNT+R8eDTQaxfmIiO6fJIA3E/enNrmqgAi9kTHkv04/Ss8hIdQCfyCicYHcsfPd1+lTK2yPaT+RpRfOApF2o1lNw+MYZAHIB8sCqx7S6qsglGoShvESmQBkn0oVcEl1z7f51M6rsXwjng8deKW9Z+TDCCz9r9ZWLYbwqSOm0cY4qBe0urRSbo7+ViQFCk9Oc8UM6gZ5yD1+VOm4bj5/pRvT/Jjwg2e2OtKcfH7f8ApMY4rqCL+UfKuo37PLFhH//Z
Pengertian Sukses

    Setiap orang pasti mengharapkan kesuksesan dalam hidupnya.Namun apa yang dapat dipahami dari kata tersebut ?
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebutkan bahwa makna sukses adalah nerhasil. Artinya, seseorang yang sukses ialah orang yang berhasil dalam mencapai sesuatu.
    Setiap upaya dan usaha yang dilakukan setiap makhluk termasuk manusia, adalah agar sesuatu yang dikejarnya dapat diraih dengan baik. Seekor singa yang berlari dengan kencang mengejar seekor banteng dapat mengalami kesuksesan ketika buruannya tersebut dapat tertangkap. Walaupun sebenarnya, bagi singa tidak penting istilah "sukses" dalam kehidupannya. Demikian pula dengan manusia. Akan tetapi manusia menilai bahwa kesuksesan adalah hal yang sangat penting. Melalui kesuksesan yang diraihnya, dia dapat mengambil beragam pelajaran untuk menghadapi persoalan-persolan hidup yang dihadapi dikemudian hari.
    Namun demikian, terdapat ukuran yang tidak sama di antara manusia dalam menilai suatu pencapaian yang diraihnya apakah tergolong sukses, kurang sukses, atau tidak sukses. Hal tersebut dapat dikembalikan kepada dasar dari masing-masing penilaian yang digunakan. Dalam hal ini dapat disampakan dua standar kesuksesan yang hadir di tengah-tengah kita, yaitu sukses dalam kacamata dunia modern ( barat) dan sukses menurut pandagan masyarakat Timur ( Islam ).
A. Sukses Dalam Pandangan Modern ( Barat )
    Sebelum menentukan standar kesuksesan menurut pandangan dunia modern atau barat, perlu diketahui terlebih dahulu cara pandangan dan gaya hidup mereka. Diakui atau tidak, kemajuan barat seperti dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari akar historis yang cukup panjang. Mereka maju tanpa berkaca pada sejarahnya pada masa lampau. Akan tetapi masa lampau yang demikian suramlah yang telah menjadikan mereka seperti yang sebagian besar manusia bangga-banggakan hingga kini.
    Awal kemajuan bangsa Barat adalah pada saat mereka mengedepankan akal. Akal dijadikan pemimpin dalam menuntun kehidupannya setiap hari. Bahkan tampak kecendrungan yang jelas bahwa akal menjadi Tuhan baru dalam kehidupan mereka. Karena akal bersifat materi maka secara otomatis ukuran yang dijadikan patokan dalam melakukan penilaian berbagai hal adalah materi. Dari pemikiran itulah, muncul istilah-istilah yang sering didengar, seperti Materialisme, Positivisme, dan Fragmatisme.
    Dengan demikian, maka ukuran dan standar kesuksesan menurut masyarakat Barat adalah manakala seseorang telah memiliki simpanan uang di bank yang banyak, tanah yang luas, mobil yang mewah, rumah yang megah, dan hal-hal lainnya yang bersifat indrawi atau fisik. Apabila hal-hal fisik belum dimiliki maka belum tergolong kedalam orang yang sukses menurut pandangan Mereka.
    Orientasi kesuksesan yang dipahami Barat adalah berhasil di dunia. Setiap yang diinginkan di dunia ini dapat terwujud maka hal tersebut mengindikasikan bahwa dirinya telah mengalami kesuksesan. Kesuksesan versi Barat tidak pernah mempertanyakan cara meraihnya ( prosesnya), tetapi yang dijadikan ukuran adalah hasil akhir. Dengan kata lan, silahkan anda bebas berbuat yang anda suka dengan beragam cara. Akan tetapi anda harus berhasil meraihnya.
    Dalam istilah lain, sikap yang ditempuh orang-orang barat dalam mencapai tujuan dengan beragam cara atau menghalalkan segala macam cara disebut machiavelisme. Orang yang menganut paham tersebut disebut dengan machiavelis. Dia akan meakukan beragam cara tanpa pernah berpikir dampak baik atau buruknya terhadap orang lain dan juga aturan-aturan yang berlaku lainnya.
    Seorang machiavelisme sejati bukanlah yang selalu memilah dan memilih sesuatu yang akan diraihnya. Sikap penghalalan segala cara ditempuh bukan terhadap urusan-urusan materi, melinkan hal-hal imateri pun sangat mungkin dilakukan. Misalnya, keinginan menjatuhkan citra baik seorang menjadi buruk. Padahal, secara materi perbuatan tersebut tidak memberikan keuntungan kepada dirinya. Akan tetapi, itulah seorang machiavelis. Dia bukan lagi berbicara keuntungan materi, melainkan dirinya menghendaki suatu tujuan tertentu. Baik bernilai materi maupun tidak, maka segala upaya dan cara akan ditempuh utuk mewujudkannya. Dalam hal ini, menjatuhkan citra seseorang yang asalnya baik dihadapan semua orang menjadi buruk karena usaha jahatnya tersebut.
    Kini, fenomena demikian tidak hanya dimiliki oleh mereka yang berasal dari barat. Akan tetapi, telah merasuki pikiran dan jiwa sebagian umat islam yang tidak sadar dan faham pada jatidirinya, sebagai seorang muslim yang terikat dengan ajaran dan aturan ilahi. Munculnya sikap menghalalkan segala cara yang dilakukan oleh manusia modern, baik di antara ummat muslim maupun ummat diluar islam bersumber dari sikap hedonistik. Budaya hidup Hedonistik adalah gaya hidup yang ditempuh dengan dasar kepuasan. Semua hal yang dimiliki ingin di rasakan dengan sepuas-puasnya tanpa terkecuali dan tanpa batasan.

B. Sukses Dalam Pandangan Islam
    Setiap penilaian yang dibuat oleh seorang pastilah tidak akan penah sama dengan orang lain terhadap suatu objek. Hal tersebut banyak faktor yang melatarbelakanginya. Diantara  faktor tersebut adalah sudut pandang analogi sederhana, sebuah meja yang dihadapi oleh empat orang dari empat sudut yang berbeda maka akan melahirkan pandangan yang bermacam-macam jika mereka ditanya tentang suatu yang dilihat pada meja tersebut. Bahkan, perbedaan yang terjadi tidak hanya itu.  Jika mereka berempat berada pada satu sudut saja dalam melihat meja, penilaiannya pun belum tentu sama anatara satu dengan yang lainnya. Itulah yang kemudian dikenal dengan Presfektik.
    Terkait dengan pandanan kesuksesan yang tengah dibicarakan, pada bagian yang lalu telah disampaikan pandangan kesuksesan menurut sudut pandang barat. Berikutnya, suatu kesuksesan dapat dipandang dengan sudut pandang lainnya, yaitu islam. Pastilah, hasil sudut pandang tersebut akan berbeda dengan sebelumnya, karena Barat Dan Islam merupakan dua kutub yang berbeda.
1. Sukses Materi Dan Imateri
    Apabia barat melihat kesuksesan secara materi maka islam tidak menafikan hal tersebut. Akan teapi, hal materi bukanlah menjadi tujuan yang pokok. Keberhasilan seseorang dengan melihat aspek materi merupakan hal lumrah dan umum sifatnya. Namun, ketika hal tersebut dikaitkan dengan yang bersifat imateri maka akan menjadi unik dan dalam makna. Demikianlah islam memandang suatu kesuksesan. Bahkan, tidak jarang kesuksesan yang dimaksud dalam islam dapat mengakahkan salahsatunya, yaitu sisi-sisi materi. Artinya, sekalipun seseorang didunia tidak meraih kesuksesan materi ( Dunia ) karena ketaqwa'an yang dipegang seara konsisten maka dia akan meraih kesuksesan imateri kelak di akhirat.
    Pandangan ajaran islam dalam memberikan penilaian terhadap suatu memiliki makna yang sangat dalam dan berimplikasi menembus ruang dan waktu. Terkadang, hal-hal yang ditetapkan dalam ajaran islam, melalui wahyu aau sabda Rasul, tidak dapat dijangkau dengan akal manusia. Akan tetapi, dengan berjalannya waktu maka, jawaban tersebut terungkap dengan sendirinya.
    Berkaitan dengan sifat dan ciri kesuksesan yang ditetapkan dalam ajaran islam, cukup banyak hal yang dapat ditelusuri kenyataannya pada sabda-sabda Rasul. Misalnya, pada suau kesempatan bersama para sahabat, Rasulullah SAW , melemparkan suatu pertanyaan. "tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut ? " , tanya Rasul. Lalu, dengan sepontan di antara sahabat banyak yang berkata, "Waha Rasul, menurut kami orang yang bangkrut adalah orang yang sudah tidak memiliki dinar dan dirham.". Kemudian, jawabvan-jawaban mereka segera ditanggapi oleh Rasul dengan mengatakan, " Bukan seperti itu". Lalu beliau melanjutkan bahwa seseorang yang mengalami bangkrut adalah dia yang akan menghadap Allah pada hari penghabisan dengan membaa sejumlah amal saleh, seperti Shalat, Zakat, Saum, dan sebagainya. Akan tetapi pada saat yang bersamaan dia juga membawa amalan-amalan buruknya. Misalnya ketika hidup pernah menganiaya saudaranya, menzalimi, menumpahkan darah ( membunuh yang tidak dibenarkan), menuduh,mefitnah dan sebagainya.
    Kemudian Rasul melanjutkan penjelasannya tersebut. Ketika berada pada persidangan Allah maka datanglah orang-orang yang pernah menjadi korban dari kejahatannya. Meraka meminta keadilan dan balasan yang setimpal. Lalu amal-amal kebaikan yang dibawanya tadi dijadikan semacam penebus terhadap dosa-dosa yang dilakukannya. Satu persatu amalan baik tersebut berkurang hingga akhirnya tiada yang tersisa. Padahal amalan keburukannya masih banyak. Hal itu ditandai dengan masih banyak orang yang meminta kedailan dan pertanggung jawaban kepadanya. Kemudian Allah SWT menetapkan keputusannya bahwa si hamba yang habis amal salehnya tersebut harus disiksa dalam neraka sebagai balasan dari keburukannya yang masih banyak. Itulah yang dimaksud dengan bangkrut.
    Dalam kisah tersebut tampak dengan jelas bahwa standar kesuksesan yang ditetpkan ajaran Islam sangat berbeda dengan yang dibayangkan manusia. Penilaian dan pemaknanya demikian dalam, sehingga tidak ada di antara para sahabat yang menduga bahwa yang dimaksud bangkrut dalam pandangan ajaran Islam adalah seperti yang telah dikemukakan dan dijelaskan Rasulullah SAW, tersebut.
2. Memerhatikan Proses Yang Dilakuan
    Selain itu, ciri lain dari standar kesukseasn dalam pandangan Islam adalah memerhatikan proses dan tidak melihat pada hasil akhir. Hasil akhir dari sebuah usaha bukanlah segalanya atau yang sangat menentukan bahwa usaha yang dilakukannya sungguh -sungguh dan sesuai dengan aturan yang ada. Dalam tradisi Barat, hasil akhir merupakan hal yang sangat penting dan pokok sifatnya. Bahkan dari hasil itulah orang-orang yang biasa memakai pola pikir Barat dapat menyimpukan bahwa usaha yang dilakukan dalam meraihnya merupakan usaha yang maksimal dan sungguh-sungguh. Mereka tidak pernah mempersoalkan bagaimana cara yang ditempuhnya, apakah sesuai dengan aturan yang ada atau justru sebaliknya.
    Dalam sebuah hasil akhir, peran Allah SWT, sangat menentukan.Sekalipun tidak sedikit di antara manusia yang memiliki perhitungan bahwa ketercapaian menuju kesuksesan telah mencapai 99%. Akan tetapi jika Allah menghendaki lain ( 0,1% ) dari tujuan yang diharapkan manusia, pastilah akan berubah walaupun persentasenya sangat sedikit.
    Allah SWT, mengajarkan kita untuk berusaha semaksimal mungkin dalam meraih segala hal. Namun, usaha tersebut harus pula memerhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan-Nya. Dengan demikian, sekalipun hasil yang berbeda dengan yang diharapkan, tetapi Allah akan membalas usaha yang dilakukannya.