Ciri - Ciri Orang Sukses
Setiap kesuksesan yang dialami oleh seseorang tidak dapat dilepaskan dari kepriabdain dan mental yang dimilikinya. Tentunya, jika suatu kesuksesan yang terjadi sewaktu-waktu maka tidak menutup kemungkinan bahwa hal tersebut merupakan kejadian yang kebetulan semata bagi dirinya. Berikut bebrapa ciri atau sifat yang menggambarkan kepribadian serta mentalitas orang yang sukses secara umum.
A. Personal Improvment ( Perbaikan / Kemajuan Individu )
Sebagaimana yang telah di ulas pada bagian yang lalu bahwa kesuksesan identik dengan hidup yang dinamis atau statis. Seseorang yang dalam hidupnya selalu bergerak, beraktifitas, dan tidak diam akan mudah mendapatkan kesuksesan. Dalam hal ini, salah satu ciri manusia yang sukses adalah ketika dirinya selalu melakukan perbaikan bagi pribadi dirinya.
Keadaan yang sedang di alami oleh seseorang yang memiliki personal improvment akan mudah merasa bosan dan jenuh dengan rutinitas atau hal-hal yang mapan. Terlebih lagi, jika mengalami kemunduran dari pencapaian yang diraihnya.
Ada sebuah ungkapan yang sering disampaikan dalam berbagai forum oleh penceramah bahwa mulailah dari diri kita masing-masing. ajakan dan imbauan tersebut sangat wajar dan logis sifatnya karena suatu pencapaan yang besar tidak akan terwujud ketika tidak berawal dari hal-hal yang kecil dan sederhana, termasuk memulai dari diri masing-masing.
Apabila dirunut dengan cermat dan teliti maka ungkapan penceramah tersebut tepat adanya. Misalnya, sebuah bangsa yang besar dan berhasil dalam mencapai cita-cita negerinya tidak akan dapat dilepaskan dari faktor masyarakat yang saling melengkapi. Mulai dari Pemerintah, para Profesional, pelaksana lapangan, hingga ke rakyat. Mereka semua berada dalam sebuah komunitas yang disebut masyarakat. Kemudian, suatu masyarakat dapat terwujud karena keberadaan beragam keluarga sebagai komunitas terkecil dalam kehidupan sosial manusia. Barulah dalam keluarga ini terdapat individu-individu yang memiliki diferensiasi atau perbedaan sendiri. Oleh sebab itu, semuanya kembali pada individu atau personal untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan sebuah negara dan bangsa.
Setiap orang tidak memiliki kemampuan untuk terus berusaha memperbaiki diri. Banyak faktor yang melatarbelakanginya. Misalnya, sikap superior atau sombong terhadap yang lain. Sehngga ketika mendapati dalam dirinya suatu kekurangan, bukannya menyadari dengan memperbaikinya, melainkan langsung menutup diri. Sifat superior dibanding dengan yang lan secara tidak langsung dapat menutupi dan mematikan hati dari menerima kritikan dan masukan dari luar. Tentu saja, hal tersebut sangat tidak baik dan akan membahayakan bagi yang bersangkutan, tidak hanya di dunia, tetapi juga berlanjut hingga ke akhirat kelak.
Setiap orang memiliki kualitas dan kemampuan yang idak sama. Bahkan, sebelumnya semua manusia pada awalnya tidak memiliki kemampuan apapun. Seorang ilmuan sekaliber fisikawan Stephen Hawking atau pekerja kasar pada asalnya dilahirkan dari kandungan ibunya tidak tahu dan tidak membawa sesuatu yang dapat di banggakan. Dalam Q.S. An-Nahl ayat 78 yang artinya : "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur". Dalam ayat tersebut sangatlah jelas bahwa pada dasarnya semua manusia adalah sama dalam hal kemampuan yang dimiliki dirinya. Akan tetapi, kemudian menjadi berbeda karena upaya yang dilakukannya berbeda-beda. Dengan demikian, pencapaiannya pun menjadi berbeda -beda pula.
Seorang yang mampu memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri akan lebih unggul dari manusia lainnya. Oleh sebab itu, dengan keungglan tersebutlah seseorang dapat meraih kesuksesan. Karena sesungguhnya makna dari sukses itu sendiri adalah isyarat adanya kelebihan di banding dengan yang lain. Seseorang yang memiliki keunggulan dalam berhitung maka ketika diadakan ujian matematika, dirinyalah yang mendapat nilai paling besar dibanding dengan teman-teman lainnya di kelas tersebut. Hal tersebut sangat wajar karena dia lebih unggul atau memiliki kualitas lebih baik dari teman-teman yang lain.
Di antara salah satu bentuk atau cara meningkatkan kualitas diri guna meraih kesuksesan adalah dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pngetahuan merupakan pelita kehidupan dalam kegelapan. Barang siapa yang memiliki ilmu pengetahuan maka seolah dia memegang pelita dalam menjalani kehidupannya sehingga dapat terhindar dari marabahaya yang mungkin menghadang di perjalanan.
Manfaat ilmu pengetahuan tidak hanya dapat dirasakan ketika seseorang hidup di dunia. Bahkan, nilai kemanfaatannya akan tetap dirasakan hingga ke akhirat kelak. Hal tersebut ditegaskan dalam Q.S. Al-Mujadalah ayat 11, yang Artinya : " Allah akan mengangkat ( derajat ) orang-orang yang beriman di antara-Mu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang akmu kerjakan ".
Sementara itu, salah seorang imam dari empat imam madzhab, yaitu Imam Syafi'i, berpendapat tentang arti penting ilmu pengetahuan dalam kehidupan seorang hamba. Dalam Tafsir As-Siraj Al-Munir, surat Al-Mujadalah) yang artinya : " Barangsiapa yang menginginkan ( Kesuksesan ) di dunia maka ( untuk mendapatkannya ) dengan ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan ( kesuksesan ) di akhirat maka untuk mendapatkan ( kesuksesannya ) dengan ilmu, maka ssungguhnya ilmu itu akan senantiasa dibutuhkan oleh setiap masa ( di dunia dan di akhirat ) ".
Dalam surat Al-Mujadalah di atas tampak dengan jelas janji yang disampaikan Allah kepada hamba-Nya yang memiliki keunggulan dalam hal ilmu pengetahuan. Dia akan mengangkat derajat di antara makhluk-makhluk lainnya. Bahkan bukti konkret ayat tersebut telah banyak terjadi dalam kehidupan manusia. Misalnya munculnya perintah Allah terhadap semua makhluk agar mereka bersujud kepada Adam. Perintah tersebut merupakan isyarat penghormatan atas makhluk yang diberikan keunggulan dalam hal ilmu pengetahuan. Pada saat itu, Adam memiliki pengetahuan terhadap nama-nama yang tidak diketahui dan dikuasai oleh makhluk lainnya, termasuk malaikat dan iblis. Dengan demikian, iblis menjadi iri atas keunggulan Adam terhadap yang lainnya.
Faktor lainnya yang dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas pribadi adalah budi perangai atau akhlak yang mulia. Tidak sedikit di antara manusia yang di anggap memiliki ilmu pengetahuan yang ditandai dengan rentetan gelar didepan dan dibelakang namanya. Namun, hal tersebut tidak menuntunnya untuk berperilaku yang baik sebagai wujud dan akhlak mulia atau budi perangai yang baik. Akan tetapi pada sebagian masyarakat masih dapat ditemui seseorang atau sekelompok orang yang tidak pernah mengenyam bangku sekolah ( Pendidikan Formal ), namun memiliki sikap dan perilaku yang sarat dengan tata kesopanan dan kesantunan. Dengan kepolosan ilmu pengetahuan yang dimilikinya tidak kemudian menjadikannya hina dan rendah dihadapan yang lain.
Budi perangai atau akhlak yang mulia memiliki peran yang tidak kalah penting dengan ilmu pengetahuan dalam meraih kesuksesan hidup. Hal tersebut di isyaratkan dengan tugas pokok Nabi Muhammad SAW, sebagai nabi kepada seluruh manusia yaitu untuk menyempurnakan akhlak. Dalam Sunan Al baihaqi di sebutan yang artinya : " Dari Abi Huraerah ra, berkata ; Rasulullah SAW bersabda " bahwasanya aku di utus ( kepada seluruh manusia ) tiada lain kecuali untuk menyempurnakan akhlak) ".
Perhatikan gambaran suku bangsa pedalaman di bawah ini ... !
Secara formal, mereka sama sekali tidak pernah mengenal bangku sekolah. Akan tetapi jiwa dan kepolosannya yang dimilikinya dapat mengalahkan sebagian orang yang berpendidikan tinggi. Misalnya, mereka berada dalam hutan, bersatu dengan hutan dan juga alam. Kemudian memelihara dan menjaga hutan. Hingga kini, belum terdengar kabar bahwa merekalah yang melakukan prusakan hutan atau sejenisnya. Akan tetapi, hal tersebut justru dilakukan oleh manusia-manusia yang katanya berpendidikan tinggi dan modern.
B. Spritual Improvment ( Perbaikan/Kemajuan Rohani )
Pribadi yang sukses adalah pribadi yang senantiasa mengevaluasi diri dan meningkatkan kualitas jiwanya. Ketika dirinya mendapati kekeliruan atau kekurangan, baik yang didapatinya secara pribadi melalui evaluasi atau melalui orang lain maka dia akan segera melakukan perbaikan. Perbaikan tersebut terus dilakukan senantiasa ditempuh secara gradual dalam hidupnya.
Rasulullah SAW, pernah mengatakan perihal fitrah manusia sebagai salah satu makhluk Allah SWT. Manusia adalah makhluk yang tidak akan luput dari kelemahan dan kekurangan. Hal tersebut di isyaratkan dalam hadis berikut. Yang artinya : " Dari Anas ra, Rasulullah SAW,bersabda 'Setiap anak Adam (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaik-baik mereka yang melakukan kesalahan adalah yang bertaubat', HR Tirmidzi dan Ibn Majah dengan sanad kuat ( Kitab Subulus Salam, Bab An-Nahyu'an Katsrah al-akl).
Jiwa yang senantiasa dievaluasi dan diperbaiki bagaikan sebuah kendaraan yang senantiasa dibawa ke bengkel untuk diservis. Kita mungkin sering melakukan atau menemukan hal seperti itu. Sebuah kedaraan baik motor atau mobil, tidak semuanya ketika dibawa ke bengkel dalam keadaan rusak. Lantas, kenapa sang pemilik membawa kendaraannya tersebut padahal tidak rusak. Sang pemilik akan menjawab bahwa yang dilakukannya adalah untuk menjaga kendaraannya agar tetap dalam kondisi terawat dan 'sehat'. Lebih jauh dari itu agar kendaraan tersebut dapat bertahan lama dan awet.
Demikian pula halnya manusia. Akan tetapi, tidak sedikit di antara mereka yang baru melakukan pengecekan ketika dirinya merasa sakit atau terdapat keluhan. Hal itu pun baru dilakukan jika yang terjadi pada tubuhnya. Berbeda halnya jika yang serupa terjadi pada jiwa atau rohaninya, maka semakin sedikit lagi antara manusia yang menyadarinya untuk segera memperbaiki dan menyehatkannya. Perhatian terhadap kesehatan jiwa atau rohani sering dilupakan oleh kebanyakan manusia. Padahal, tidak sedikit penyakit-penyakit yang di alami jasmani, pada awalnya karena jiwa yang tidak sehat. Hal tersebut sangat mungkin terjadi karena cara pengobatan penyakit jiwa tersebut jauh berbeda dengan penyakit fisik yang bersifat konkret. Walaupun kemudian, orang yang dapat menyembuhkannya tidak terbatas pada suatu profesi tertentu layaknya profesi dokter atau perawat dalam menangani penyakit jasmani. Setiap orang dapat memberikan penawar atau obat terhadap penyakit jasmani. Misalnya, orang tua tehadap anaknya, seorang teman terhadap temannya, guru terhadap muridnya dan sebagainya.
Penyakit secara jasmani lebih mudah ditangani dan di obati daripada penyakit yang menimpa jiwa atau rohani seseorang.
Kondisi jiwa yang sakit menjadi faktor yang menentukan dalam pencapaian cita-cita menuju kesusesan. Walaupun secara hitung-hitungan bahwa suatu dapat diraih dengan mudah dan cepat, namun jika pihak-pihak yang akan menjalaninya mengalami sakit pada jiwanya maka hal tersebut akan menjadi kendala tersendiri dalam pencapaian kesuksesan yang diharapkan.
Jiwa dan rohani manusia memiliki pusat komando yang dapat menentukan kegiatannya. Tubuh atau jasad manusia digerakkan karena keberadaan jiwa atau ruh. Demikian pula dengan jiwa, dia digerakkan dengan hati. Itulah pusat komando yang mengatur segara hal yang dilakukan oleh setiap manusia dalam hidupnya.
Hati merupakan pusat yang menggerakkan jiwa diikuti dan diwujudkan dengan amalan atau perbuatan jasmani. Apabila hati mmberi komando untuk diam, walaupun keadaan jiwa dan jasmani berada dalam kondisi sehat maka keduanya akan diam. Demikian pula sebaliknya. Jika hati membrikan perintah untuk mlakukan sesuatu, walaupun kondisi jiwa dan jasmani berada dalam keadaan yang kurang sehat maka perintah tersebut akan terlaksana meski dengan kurang maksimal dalam mengerjakannya. Demikian peran hati yang sangat penting dalam kehidupan setiap manusia.
Selain itu, hati pun merupakan cerminan jiwa dan jasmani seseorang. Sebuah hati yang baik dan bersih akan melahirkan kondisi jiwa dan amal jasmani yang baik dan sehat pula. Hal tersebut seperti yang isyaratkan baginda Rasulullah SAW, dalam salah satu sabdanya sebagai berikut. Yang Artinya : " Dari Nu'man bin Basyir' Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda , ' ingatlah, Sesungguhnya pada tubuh terdapat seonggok daging. Apabila dia ( daging tersebut) berada dalam keadaan sehat maka sehat pula seluruh tubuhnya. Namun apabila dia ( daginga tersebut ) berada dalam keadaan yang tidak sehat ( sakit ) maka tubuhnya pun akan mengalami sakit. Ingatlah ( yang dimaksud itu adalah ) hati. ( HR Bukhari dan Muslim ).
Setiap perbuatan yang baik atau buruk merupakan gambaran kondisi hati seseorang yang mengerjakannya. Jasad atau tubuh bukanlah ukuran untuk menilai bahwa seseorang berhati baik atau buruk. Tidak sedikit informasi yang sampai kepada kita tentang seseorang memiliki keterbatasan dalam tubuhnya, tetapi hal tersebut tidak menghalanginya untuk berbuat hal yang di larang oleh agama, misalnya mencuri.
C. Social Empowerment ( Perbakan / Kemajuan Lingkungan Sosial )
Faktor lainnya yang menjadi ciri kesuksesan seseorang adalah keadaan lingkungan tempatnya berada. Hal ini memiliki peran yang tidak kalah penting, karena faktor ini juga mempengaruhi kesuksesan seseorang. Tidak sedikit kita menemukan seseorang yang memiliki jiwa dan jasmani yang baik, tetapi mengalami kegagalan dalam hidup karena faktor lingkungan tempatnya berada. Contoh nyata mengenai hal tersebut adalah kndisi di rumah karena kurannya perhatian dan kasih sayang orang tua akibat sibuk bekerja. Sehingga anaknya hidup sendiri tanpa kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Orang tua bagi mereka adalah pembantunya sehingga tidak jarang ditemukan bahwa mereka selalu curhat kepada pembantunya di bandingkan kepada ayah atau ibunya. Hal tersebut dilakukan bukan karena tidak mau, tetapi ayah dan ibunya telah menjadi orang asing bagi anaknya di rumah.
Contoh berikutnya adalah faktor perselisihan antara ayah dan ibu di rumah yang tidak sedikit berujung perceraian. Hal yang paling terasa dampaknya dari persoalan keluarga tersebut adalah anak. Sekalipun anak tersebut memiliki tingkat kecerdasan yang baik dan jasmani yang sehat., namun ke unggulan tersebut tidak akan menjadi modal yang kuat guna meraih kesuksesan dalam hidupnya di masa mendatang. Dua contoh sederhana dan sering ditemukan dalam kehidupan itulah yang kemudian dapat menjadi batu sandungan dan hambatan tersendiri bagi seseorang dalam meraih keberhasilan hidup. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh bagi pembentukan karakter dan mental seseorang. Oleh sebab itu, lingkungan kecil tersebut harus senantiasa dijaga dan dipelihara agar senantiasa tentram dan harmonis.
Selan lingkungan keluarga yang dapat mempengaruhi upaya meraih kesuksesan hidup, terdapat lingkungan penting lainnya, yaitu lingkungan pergaulan. Teman-teman dalam bergaul dapat memberi warna bagi kehidupan seseorang. Dalam kenyataan, tidak sedikit seseorang yang lebih meningkatkan teman dalam pergaulannya darpada orang tuanya di rumah atau gurunya di sekolah. Hal tersebut terutama terjadi di kalangan anak remaja dan dewasa. Pengaruh teman dalam sebuah pergaulan dapat mengalahkan segalanya. Oleh karena itu, tidak aneh apabila banyak di atara manusia yang tidak harmonis dalam lingkungan keluarganya karena lingkungan tersebut jauh berbeda dengan yang terjadi pada lingkungan pergaulannya. Selain itu, peran orang Tua yang tidak memberikan perhatian lebih kepada anggota keluarganya, seperti anak, semakin memburuk citra lingkungan keluarga di mata mereka. Dengan demikian, lingkungan pergaulanlah yang menjadi tempat pelariannya.
Terdapat sebuah pepatah arab yang menyebutkan bahwa persahabatan akan " mencuri" tabiat dan karakter seseorang. Yang artinya, tabiat dan karakter seseorang akan dengan mudah hilang dan tergantikan dengan yang lain karena disebabkan pergaulan. Apabila sifat pergaulan yang dijalani merupakan bentuk pergaulan buruk maka hal itu pula yang akan menggantikan tabiat-tabiat yang sebelumnya ada pada diri seseorang.
Manusia yang sukses memiliki lingkungan yang baik. Akan teapi, tidak jarang juga orang-orang yang sukses berawal dari sebuah lingkungan yang kurang menguntungkan bagi dirinya. Untuk hal yang demikian dapat terjadi karena usaha perbaikan yang dilakukannya terhadap lingkungan yang ada. Bukan lingkungan yang tidak baik yang menjadikannya menjadi sukses, tetapi kemauan keras untuk memahami kondisi yang demikian adanya sehingga secara kuat pula mampu menyesuaikan diri dengan pergaulannya.
Inilah salah satu artikel yang dapat saya persebahkan kepada teman-teman semuanya semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semuana. Sampai jumpa di artikel berikutnya.
EmoticonEmoticon